Definisi IQ, Sejarah IQ, Masalah IQ

Posted on 14.12 | By arief swift | In


Sejak kecil biasanya seorang anak diharapkan orang tuanya untuk mempunyai nilai yang bagus di sekolah. Setelah lulus sekolah, mereka diharapkan untuk mendapatkan pekerjaan yang dapat membantunya meraih "masa depan yang cerah" dan gaji yang tinggi. Banyak orang tua bahkan pendidik berpikir bahwa nilai tinggi dan lulus sekolah merupakan jaminan untuk mendapatkan pekerjaan dan kesuksesan. Di samping itu, jika seseorang memiliki tingkat kecerdasan (IQ) yang tinggi maka dianggap orang tersebut neniliki peluang unuk meraih kesuksesan yang lebih besar dibanding orang lain. Istilah IQ mulai dikenalkan oleh Alfred Binet, ahli psikologi dari Prancis pada awal abad ke-20.

tes iq online , test iq ,  meningkatkan iq

Pada kenyataannya, ada banyak kasus dimana seseoran yang memiliki tingkat kecerdasan intelektual yang tinggi, tersisih dari orang lain yang tingkat kecerdasan intelektualnya lebih rendah. Ternyata IQ (intelligence Quotient) yang tinggi tidak menjamin seseorang akan meraih kesuksesan. Akan tetapi, kenyataannya dalam lapangan kerja yang semakin kompetitif dan spesialistis, membuat tidak seorangpun individu atau institusi yang dapat mencapai tujuan mereka tanpa harus bekerja sama dalam tim, karenanya setiap orang dituntut untuk berkemampuan bekerja sama dengan orang lain.

Ada seseorang anak yang sangat mampu dalam pelajaran logika atau menghitung khususnya matematika, namun ada juga seorang anak yang tidak memiliki kecerdasan dakam pelajaran tersebut, namun dia memiliki potensi misalnya menggambar. Banyak orang berpandangan, bahwa jika seseorang memiliki kemampuan eksakta atau berhubungan dengan pelajaran, maka masa depan anak itu akan sukses, karena memiliki kemampuan untuk menghitung. Padahal setiap kemampuan orang masing-masing berbeda-beda. Orang yang sangat ahli matematika belum tentu ahli dalam seni, olahraga, musik dan lain-lain. Bahkan orang yang sangat pandai dalam pelajaran belum tentu sukses seperti seniman terkenal yang belum tentu mereka memiliki pendidikan yang tinggi, bahkan mungkin malah putus sekolah.

Seorang psikolog dari Yale University, Peter Salovey melakukan suatu penelitian, melalui sebuah tes sederhana dimana anak-anak berusia 4 tahun diundang masuk ke dalam suatu ruangan dan diberi instruksi sbb, "Siapa yang mau satu buah permen marshmallow sekarang ini bisa langsung mendapatkannya (kelompok I), tapi jika ada yang mau menunggu sampai saya kembali, akan mendapatkan 2 buah permen (kelompok II)." Kemudian peneliti itu meninggalkan ruangan tersebut Kelompok I seketika itu juga mengambil marshmallow saat peneliti keluar ruangan. Kelompok II menunggu sampai peneliti kembali. Kemudian hasil pengelompokan anak dicatat dan para peneliti menindaklanjuti sampai dengan anak-anak tersebut tumbuh berkembang memasuki usia sekolah lanjutan (SLA).

Rupanya terjadi perbedaan yang berarti di antara kedua kelompok anak tersebut. Kelompok anak yang memperoleh dua buah marshamallow memiliki kemampuan adaptasi yang lebih baik, lebh populer, berjiwa petualang, percaya diri dan mandiri daripada kelompok yang pertama. Sedangkan kelompok anak yang pertama lebih bersifat menyendiri, mudah frustasi, keras kepala, tidak tahan stres, pemalu dan menghindari tantangan. Ketika kedua kelompok mengambil tes bakat yang berhubungan dengan pelajaran akademik sekolah, kelompok II yang mampu bertahan, mendapat nilai sebesar 210 poin daripada kelompok I (nilai bervariasi mulai dari yang terendah 200 sampai dengan 800 poin, dengan angka rata-rata 500 poin untuk seluruh murid). Kemampuan untuk berikap sesuai dengan peraturan merupakan bagian dari yang disebut istilah EQ.

Peter menyatakan, bahwa IQ menyebabkan seseorang mendapat suatu pekerjaan, sedangkan EQ menyebabkan seseorang mendapatkan promosi (kenaikan pangkat/jabatan) dalam pekerjaan itu. Beliau juga menyarankan pentingnya mendefinisikan dalam dunia yang kompleks ini apa sebenarnya arti menjadi cerdas.

Singkatnya ketika seseorang akan memprediksi sukses yang akan datang, kekuatan otak sebaimana diukur oleh IQ dari achievement test, sesungguhnya lebih kecil dibanding kekuatan karakter, atau EQ-nya. Definisi IQ (Intelligence Quotient) adalah seberapa cerdas seseorang, sedangkan definisi EQ (Emotional Quotient) adalah seberapa baik seseorang mempergunakan kecerdasan yang dimilikinya.